Bogor,–Dirgantara7.com | Bunda Stunting Kota Bogor, Yantie Rachim mengajak peran aktif para tenaga pendidik di PAUD, orang tua dan pihak lainnya untuk merancang serta mengintegrasikan berbagai upaya dalam membantu percepatan penanganan stunting.
“Ada dua cara, melalui pencegahan dan penanganan stunting serta melalui gerakan mengurangi risiko stunting,” kata Yantie saat acara Peningkatan Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Anak Usia Dini (PTK PAUD) di Rizen Padjadjaran Hotel, Kota Bogor, Senin (29/8/2022).
Menurut Yantie, PAUD yang berkualitas pasti mendukung pencegahan dan penanganan stunting. Peran pendidik PAUD dalam penanganan stunting di lingkup PAUD diantaranya dengan kegiatan pengasuhan dan deteksi dini tumbuh kembang anak, membuat kebijakan pembelajaran yang berkelanjutan dengan gizi yang sesuai. Salah satunya dalam satu pekan, ada dua atau satu hari anak diminta membawa bekal makanan yang bergizi.
Selain itu, pengetahuan terkait stunting perlu diketahui dan dimiliki para tenaga pendidik di PAUD.
“Jadi mari cegah stunting melalui PAUD berkualitas. Guru PAUD diharapkan proaktif dalam mengakses berbagai sumber informasi dan meningkatkan kesabaran tentang cegah stunting” kata Yantie.
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim menyampaikan gambaran hasil riset di Kota Bogor yang dilaksanakan dalam rentang tahun 2015 hingga 2021 kepada para peserta.
Dimana hasil rekomendasi yang diberikan adalah sistem sirkulasi dan pencahayaan rumah-rumah warga di Kota Bogor masih kurang dimana hal tersebut memiliki korelasi antara kecerdasan anak dengan kondisi rumah.
“Bagaimana mungkin anak akan cerdas kalau pencahayaannya dan ventilasi rumah kurang maksimal. Selain itu juga anak-anak di Kota Bogor jarang mengkonsumsi buah dan sayur, kurang konsumsi protein, minumannya mengandung kadar gula tinggi, berpengaruh pada angka stunting,” kata Dedie.
Disamping itu, Dedie menyatakan kekurangan mengkonsumsi makanan bergizi bisa menyebabkan penyakit-penyakit degeneratif yang diciptakan sendiri. Selain tidak sehat, anak-anak stunting tidak tangguh dan kurang mampu bersaing.
Kepada para guru PAUD, pengawas dan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Dedie menyarankan untuk mencari pola pendidikan yang membangkitkan karakter dan rasa empati, diantaranya dengan mengajak anak-anak PAUD untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar maupun wilayah sebagai bagian dari proses pembelajaran sehingga tidak monoton di dalam kelas.
“Ajak dan ajari cara menyebrang, ajak ke perpustakaan, ke museum, ke Kebun Raya, tahu sopan santun,” tuturnya.
Ia juga menuturkan rata-rata lama sekolah menjadi salah satu indikator IPM turut mempengaruhi angka stunting di Kota Bogor. Dimana para orang tua yang anaknya mengalami stunting, rata-rata mengalami putus sekolah atau lulusan SD.
Bahkan, ketika putus sekolah tidak sedikit yang pada akhirnya memilih menikah saat usia masih menempuh pendidikan tingkat lanjut atau tingkat tinggi.
“Jadi kelahiran anak stunting itu bukan tiba-tiba dan ini yang harus kita upayakan untuk memutusnya. Angka stunting Kota Bogor memang di bawah angka nasional, namun demikian tetap menjadi PR kita bersama. Dari sinilah sebetulnya permasalahan yang kita hadapi terkait stunting, dampak putus sekolah membuat para orang tua mengalami keterbatasan kemampuan ekonomi yang pada akhirnya terjadi perkawinan dibawah usia perkawinan atau pernikahan dini tidak sedikit melahirkan anak-anak yang secara gizi kurang sehat,” paparnya.
Kepala Disdik Kota Bogor, Hanafi menyebutkan, memelihara kesehatan dan pemenuhan gizi semata-mata bukan tugas pokok pemerintah saja, tetapi banyak pihak, mulai dari orang tua, pendidik, masyarakat bersama pemerintah.
“Melalui kegiatan ini para pendidik PAUD diharapkan membuat sesuatu atau keterampilan terkait stimulasi perkembangan anak-anak di usia dini, dari 0 sampai 6 tahun. Berikan layanan yang optimal bagi anak, terutama di 1.000 hari pertama kehidupan,” katanya.
Hanafi menambahkan, kerja sama para orang tua sangat penting untuk mempercepat pencegahan stunting. Sebab, dengan perannya akan mendorong peletakan kecerdasan dasar anak dan stimulasi dalam percepatan penanganan stunting.
Tujuan lain acara ini kata Hanafi adalah untuk meningkatkan kompetensi para guru PAUD dalam memahami dan pencegahan serta penanganan anak yang berpotensi stunting. (Dede Hanapi)