Bogor,–Dirgantara7.com | SETARA Institute merilis laporan Indeks Kota Toleran (IKT) 2022 yang merupakan hasil pengukuran yang dilakukan untuk mempromosikan praktik-praktik baik
toleransi kota-kota di Indonesia, ada 94 kota yang dinilai, termasuk Kota Bogor.
Indeks Kota Toleran 2022 ini merupakan publikasi keenam SETARA Institute sejak dipublikasikan pertama kali pada tahun 2015.
Berdasarkan hasil dan temuannya, Kota Bogor berhasil mencapai skor tertinggi ke-4 pada variabel tindakan pemerintah Indeks Kota Toleran 2022.
“Kalau terkait variabel tindakan pemerintah, artinya kepemimpinan toleransi wali kota (Bima Arya) menyumbang skor terbesar bagi pencapaian prestasi Kota Bogor pada IKT 2022, yang secara nasional di peringkat 17,” ujar Ketua Badan Pengurus SETARA Institute, Ismail Hasan saat dikonfirmasi, Jumat (7/4/2023).
Selain itu, berdasarkan peringkat kota dengan jumlah penduduk di atas satu juta (kota yang dianggap punya kompleksitas tinggi), Kota Bogor juga berada peringkat ke-4.
Kota Bogor berhasil naik peringkat Indeks Kota Toleran secara signifikan secara nasional, dari peringkat 33 di tahun 2021 menjadi peringkat 17 di tahun 2022.
“Bogor salah satu kota signifikan kemajuannya,” kata Ismail Hasan.
Kerja nyata Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terbukti mampu meningkatkan toleransi. Berbagai program pemerintah kota untuk mendorong toleransi melalui program budaya, penciptaan ruang bersama dan perhatian khusus kepada minoritas menjadi kunci meningkatnya Indeks Kota Toleran Kota Bogor.
Tindakan pemerintah menjadi pengungkit yang dianggap paling penting bagi kinerja pembangunan toleransi kota.
Untuk tindakan pemerintah, Kota Bogor terbaik ke-4 tahun 2022 dari sebelumnya ke-17 tahun 2021.
Wali Kota Bogor, Bima Arya mengungkapkan, kondisi ini bisa dikatakan capaian besar Kota Bogor, mengingat Kota Bogor pernah di tingkat terendah dari 94 kota pada tahun 2017 dan sejak itu terus berbenah hingga saat ini.
Terlebih, kemajuan pesat di Kota Bogor selama 5 tahun terakhir terjadi pada saat kota-kota lainnya mengalami dinamika penurunan peringkat.
“Indeks ini menjelaskan bahwa merawat toleransi bukanlah hal mudah, terutama bagi kota-kota yang masuk kategori kota urban dengan kompleksitas sosial yang tinggi, seperti Kota Bogor,” katanya.
“Capaian ini tentunya hasil kerja keras semua pihak yang kuncinya adalah komitmen pemerintah kota untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak,” ujar Bima Arya menambahkan.
(Dede hanapi)