PALU – buserdirgantara7.com-Keluarga balita 8 bulan yang meninggal dunia di Kabupaten Morowali Utara (Morut) berencana akan menempuh jalur hukum,atas dugaan pelayanan buruk Puskesmas Beteleme.
Hal itu disampaikan keluarga balita 8 bulan, Marcellino Mato’ori saat konferensi pers di Jl Touwa, Kelurahan Tatura Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Kamis (28/12/2023) malam.
“Iya begitu, tapi sekarang masih di diskusikan dengan keluarga, karna sudah ada kuasa hukum yang mau membantu, tapi kalau puskesmas tidak mengakui kesalahannya,ya harus,” ucapnya.
Kata Marcellino, pihak keluarga juga menginginkan agar pihak Puskesmas Beteleme memperbaiki pelayanan pasca meninggalnya anak pertama dari adik perempuannya tersebut.
Pasalnya, sejak kasus meninggalnya balita 8 bulan ini mencuat ke media sosial, banyak warga yang diduga menjadi korban pelayanan buruk Puskesmas Beteleme ikut angkat bicara.
“Dari kasus yang saya posting di facebook itu, orang yang bertahun-tahun diam dan takut, akhirnya mereka muncul semua, ada yang komentar, inbox dan membagikan,” ujarnya.
Dia menambahkan, pihak keluarga juga diagendakan akan bertemu dengan Bupati Morut Delis Julkarson Hehi untuk melaporkan peristiwa tersebut.
“Rencana saya besok ke Morut, kemungkinan malam saya ketemu Bupati,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, bocah delapan bulan itu pada 24 Desember 2023, pukul 11.00 Wita dibawa ke Klinik Rapha Medika Beteleme karena suatu penyakit.
Karena ruangan penuh, bayi itupun dilarikan ke Puskesmas Beteleme.
Sesampainya di Puskesmas Beteleme, orangtua hanya diberikan reseb obat untuk dibeli di Klinik Rapha Medika Beteleme.
“Ruangan di Puskesmas Beteleme juga penuh sehingga kami diminta rawat jalan. Sebenarnya kondisi pasien tidak memungkinkan untuk rawat jalan tapi karena kami diberitahukan bahwa ruangan penuh jadi kami ikuti,” kata Marcellino.
Belum sempat bergeser dari Puskesmas Beteleme, sang bayi muntah namun tenaga medis di pusat layanan kesehatan itu tetap meminta orangtua bayi untuk pulang ke rumah.
“Satu malam kami tidak tidur karena kondisi anak tidak ada perubahan sama sekali. Kami pun kembali ke Puskesmas Beteleme, 25 Desember, pukul 10.00 Wita,” jelasnya.
Di Puskesmas Beteleme, orangtua bayi hanya diminta menunggu di UGD hingga pukul 12.00 Wita.
“Selama itu kami tidak pernah dihiraukan dan tidak pernah ditangani dokter atau perawat. Yang bikin kami kecewa, ada pasien baru masuk UGD malah diutamakan, padahal kami lebih dulu masuk UGD,” ujarnya.
Lantaran panik melihat kondisi balita itu, sang ayah kemudian menghubungi kembali pihak Klinik Rapha Medika menanyakan kamar kosong.
Orangtua sang bayi kemudian ke Klinik Rapha Medika setelah mendapat kabar soal kamar kosong.
“Kami menunggu cukup lama akhirnya dapat pertolongan walaupun sudah tidak tertolong lagi,” tuturnya.
Redaksi